Oleh : Devia Dhewanti (Siswa XI IPA 2)
Bingung |
Special : Character Introduction
Langit cerah nan biru bercampur
awan putih yang lembut menyambut para siswa siswi SMA SUKAMAJU dihari pertama
masuk sekolah setelah melalui libur
panjang akhir semester, rasa penasaran yang tinggi akan teman sebangku
baru didalam kelas serta rasa tak sabar ingin saling menyapa dan
bercerita tentang kegitan apa yang telah dilakukan untuk menghabiskan dua pekan
sebelum kembali mengasah otak dan keterampilan. Merah putih menuju puncaknya
yang tak sabar untuk berkibar dengan diiringi lagu kebangsaan “Indonesia Raya”,
para siswa berbaris rapi tiap kelasnya dimulai dari siswa baru yakni kelas X
yang baru saja bergabung dan merasakan hari pertamanya mengikuti upacara yang
panjang dilapangan sekolah barunya, rasa bangga dan bebas karena telah melewati
sulitnya masa orientasi terpancar pada wajah mereka yang tersorot cahaya
mentari pagi, diikuti oleh barisan kelas XI dengan raut muka yang
bermacam – macam, mulai dari paras Seyum yang menandakan kebanggan akan hasil mereka yang memuaskan ditahun sebelumnya atau senang karena dapat betemu dan saling menyapa kembali dengan teman atau lebih dari teman yang sudah lama tak saling menyapa, dalam barisan itu juga terlihat paras yang menekuk senyuman, menandakan kekecewaan atas hasil yang kurang bahkan tidak memuaskan atau mereka merasa malas karenaharus bertemu kembali dengan hal yang membosankan selanjutnya setelah libur panjang yang membosankan bisa saja mereka juga bosan dengan aturan dan tata tertib sekolah dan takut akan pembullyan di sekolah, dan barisan paling ujung dengan paras wajah yang sama, takut dan tegang sebab ini adalah tahun terakhir mereka menginjakan kakinya di sekolah, mereka akan segera menemui hari penentuan hasil belajar atau sering disebut kelulusan yakni kelas XII.
bermacam – macam, mulai dari paras Seyum yang menandakan kebanggan akan hasil mereka yang memuaskan ditahun sebelumnya atau senang karena dapat betemu dan saling menyapa kembali dengan teman atau lebih dari teman yang sudah lama tak saling menyapa, dalam barisan itu juga terlihat paras yang menekuk senyuman, menandakan kekecewaan atas hasil yang kurang bahkan tidak memuaskan atau mereka merasa malas karenaharus bertemu kembali dengan hal yang membosankan selanjutnya setelah libur panjang yang membosankan bisa saja mereka juga bosan dengan aturan dan tata tertib sekolah dan takut akan pembullyan di sekolah, dan barisan paling ujung dengan paras wajah yang sama, takut dan tegang sebab ini adalah tahun terakhir mereka menginjakan kakinya di sekolah, mereka akan segera menemui hari penentuan hasil belajar atau sering disebut kelulusan yakni kelas XII.
Terlihat diantara barisan kelas
XI seorang anak berdagu panjang dengan benda hitam bertali panjang menyambung
pada ponselnya menempel pada kedua lubang telinganya, pada dada sebelah
kanannya tertulis “ Mogi Sanjaya”. Itu semuaberbeda dengan seorang gadis yang
sangat bersemangat dan sangat di kagumi disekolah berkat kecerdasan dan
kerajinannya dia dijuluki siswa sempurna di sekolah, dia gadis penuh ambisi
bernama......
“Hey!!! Lihat itu kak Kiran! Dia terlihat cantik dan cerdas!”.
Sambil menunjuk pada seorang gadis cantik sedang membacakan do’a.
“Dia sangat sempurna!”. Sambil menggenggam kedua tangannya,
kagum melihat gadis pembaca do’a.
“Eh Ki, kamu bilang tidak menyukai kak kiran kemarin, ada
apa hah?”. Memelankan suaranya seperti membisikan sesuatu.
“Euhh.. aku lihat profil nya di grup sekolah dan dia
memiliki banyak perstasi dia juga cantik dan baik jadi aku sangat suka”. Tersipu
malu.
......................................
Kabut asap
memenuhi ruang biologi yang gelap, empat orang siswa laki – laki berkepala plontos
sedang duduk bersembunyi sambil memegang sebatang benda yang menyala diujungnya
dan menghasilkan asap lebat disertai abu kecil yag jatuh akibat pembakaran,
bukannya mengikuti upacara bendera pertama mereka malah membolos untuk hal
konyol seperti ini.
“Awas! (menundukan kepala) ada yang lewat!”. Sambil
menundukan kepala berambut setengah sentimeter temanya.
Terlihat dari prilakunya siswa
berkepala plontos ini adalah siswa yang senang melanggar peraturan, siswa yang
keras, ia merupakan siswa yang mengharapkan kebebasan dan tidak memperdulikan
lingkungan sekitarnya, menyelesaikan masalah dengan kepalan tangan.
“Ji, cepat pergi! Ada yang datang!”. teriak seorang yang
tiba – tiba muncul, mereka segera pergi meninggalakan ruang biologi gelap itu.
.............................
Mentari
pagi berjalan menuju puncaknya, pagi tak lagi sunyi dan waktu kian berputar
cepat, upacar hampir selesai dilaksanakan namun seorang siswa yanng tingginya
kurang dari 160cm masih sibuk bersolek
didalam kamar yang penuh dengan waker di atas meja. Ia pun pergi kesekolah
dengan terburu – buru.
Semua
siswa mengikuti upacara bendera sementara di dalam toilet pria yang sepi Panji
siswa berkepala plontos sedang mencuci wajah dan mulutnya dengan air agar tidak
tercium bau asap dari tubuhnya. Suara pintu toilet terbuka terdengar jelas,
keluarlah seorang siswa laki – laki tampan dengan tingkahnya yang aneh dan
diikiuti oleh seorang siswi perempuan cantik berambut kepang di tepi kiri dan
kanan kepalanya, mereka keluar dari salah satu bilik toilet yang sama, tentu
saja panji si kepala plontos kaget melihat hal aneh tesebut, namun dia tidak
mengatakan sepatah katapun karena salah satu prilakunya adalah tidak
memperdulikan lingkungan sekitarnya. Siswi perempuan dengan kepangannya yang
khas ini adalah siswi kelas XI yang sudah tersohor akan kenakalannya namun entah
apa rahasia yang dia simpan nilai semua mata pelajarnya selalu bagus dan
memuaskan walaupun ia sering dijauhi dan menjadi buah bibir teman – temannya.
Upacara
bendera dilanjutkan dengan amanat dari kepala sekolah dengan panjang lebar,
para siswa siswi mulai kelelahan mendengarkan amanat yang di sampaikan kepala
sekolah, suasan dilapangan upacara mulai tidak kondusif kegaduhan mulai terjadi
namun kepala sekolah menghentikannya dengan rasa kecewa, dan inti dalam amanat
yang diberikan adalah “ TAATI PERATURAN SEKOLAH DAN TATA TERTIB SEKOLAH “. Guru
gagah memegang tongkat panjang dan tipis namun kuat itu menerikkan kata “DIAM!
TENANG!!!” sontrak semua peserta upacara diam membisu tak berdaya. Akhirnya
upacara telah selesai dan ditutup oleh persembahan Drumband sekolah yang
memukau.
“Heh, liat deh itu Pin ( menunjuk pada seorang siswa tampan
meniup saxsfon ), dia keliatan keren kalo lagi gitu!”. Celoteh siswi perempuan
yang tidak mau diam.
“ menurut aku sih, dia biasa aja!” jawab teman disampinya
sambil tertawa bersama.
“Eh Tan, kamu kan mantannya Pin ( menepak pada bahu siswi
berkulit putih yang terlihat pemalu )... menurut aku sih, lebih keren Timi!
Mahir banget mainin flute nya!”.
Siswi berkulit putih pemalu itu hanya membalas semua
pertanyaan yang diajukan padanaya dengan senyuman. Mereka pun meninggalkan
lapangan upacara, terlihat Tania siswi pemalu itu menyapa siswa tampan pemain
saxsfon dan menerima sapaan balasan dengan senyuman.
Dalam situasi lain seorang guru
wanita berambut pendek menghampiri Kiran yang berjalan bersebelahan dengan Dewi
siswi baru kekanak – kanakan dan memiliki daya khayal tinggi di ikuti oleh
temannya dibelakang.
“ Kiran! Perkenalkan ini Dewi, dia adalah anak dari ketua
perwakilan wali murid di sekolah ini, dia siswi kelas X yang masih butuh bimbingan,
tolong bantu ibu ya untuk membimbingnya”. Kata guru yang terlihat bersahabat
itu.
“Ohh, ya bu pasti saya bantu”. Sambil menganggukan
kepalanya.
“ jadi kamu siswi
baru disini, ambil jurusan apa?”. Tanya Kiran dengan lembut.
“ IPA kak!”. Jawabnya malu.
.........................
Semua orang menduduki kursinya
masing – masing namun tidak dengan Tania, ia masih kebingungan akan duduk
dengan siapa, didalam kelas hanya tersisa satu meja dan dua kursi, akhirnya ia
duduk sendiri tepat dibelakang teman – temannya yang sebelumnya mengajak
mengobrol saat upacarara berlangsung.
Gemercik
air terdengar lembut, dua orang siswa laki – laki tak lain Pin dan Timi sedang
membersihkan alat musik mereka dengan beberapa candaan mereka.
“ itu kurang bersih Pin!”. Kata Timi sambil menunjuk pada
ujung peniup
“ Aku kan pake alat ini sendiri, kalau infeksi, ga ada
urusannya sma kamu!”. Jawab Pin sambil tertawa.
Mereka tertawa bersama dan meninggalakan tempat cuci itu.
.........................
“Keramaian di sekelilingku tidak menggangguku dalam sunyinya
cinta kita. Berbaris kue cantik dengan berbagai macam rasa tak kuasa hati untuk
memakannya, aku duduk di sebelah jendela lebar ke arah jalan raya yang dipenuhi
para pejalan kaki. Saat aku meihat langkah cepat mereka, sebuah cupcake lucu
berada di samping pipiku, tangan yang memegang dengan lembut cupcake lucu itu
membuat diriku tersipu malu, seorang pria tampan yang selalu ada disampingku
dan selalu membuat hatiku jatuh dalam cintanya. Di duduk tepat di hadapanku,
aku semakin terpesona akan perlakuannya terhadapku, kami membagi satu cupcake lucu
yang penuh cinta itu menjadi dua bagian yang sempurna. Kami membangun cinta
kami semanis cupcake lucu itu.
“Oohh... manis
banget! Bagus Dew! Cerita kamu kaya beneran!”. Fujian dari kiki salah satu
teman Dewi.
“Hahaa.. enggak kok! Ceritanya kan Cuma fiksi aja!”.
Menyangkal dengan rasa malu dan bangga.
“Lihat!! Lihat!! ( menunjuk pada seorang siswa tampan yang
tinggi dan berkarisma )... Ada kak Will!Ayo! Ayo! ( berlari menuju pintu kelas
)”. Ajakan salah satu teman Dewi
“Waaah.. dia keren banget! Gak ada yang nandingin deh!”.
Willy berjalan dengan penuh percaya diri, namun tiba – tiba
jatuhlah bungkusan kotak berwarna hitam di dalam kantung celananya, sementara
itu diarah yang berlawanan muncul seorang siswi teladan di hadapan Willy yang
hendak mengambil bungkusan kotak hitam itu, ia menawarkannya pada siswi teladan
yang tak lain adalah Kiran " mau?” sambil menyodorkan bungkusan hitam itu.
“lihat deh! (menunjuk pada kedua Willy dan Kiran), mereka
cocok banget kan”. Bisikan teman Dewi terkagum – kagum.
Sementara itu Dewi mengkhayalkan sesuatu dalam pikirannya, daya
imajenasinya yang tinggi mulai berjalan.
“Kiran, aku mau tanya, gimana sih cara ngerjain soal yang
ini?”. Tanyat Willy sambil menyodorkan kertas yang bertulis “ 1L0 “.
.....................................................
“Awh, wil aku gak tau caranya, soalnya
juga keliatan aneh”. Jawab Kiran Bingung
“Tunggu.. ( sambil menghapus setengah
dari soal aneh itu ), gimana sama yang ini!”. Memperlihatkan soal yang telah di
hapusnya tadi. Dan tertulis kata “ I LOVE U“
dari soal yang aneh itu.
..................
“Dew, lagi mikirin apa? Pasti
ngayal lagi deh!”. Tanya teman Dewi yang tersenyum sendiri dalam lamunannya.
......................
Didalam ruang kelas XII IPA 2 sedang
diadakan pemilihan ketua kelas ynag dipimpin oleh guru wanita berambut pendek yang
tak lain adalah wali kelas Willy, Kiran Dan Mogi.
“ Ya anak – anak, kita akan melakukan voting pemilihan ketua
kelas, dan kandidatnya yakni antara Kirana Larasati dengan Intan Permatasari.
Silahkan angkat tangan kalian untuk yang memilih Kirana! ( hampir semua murid
mengacungkan tangannya ), oke sekarang angkat tangan kalian untuk yang memilih
Intan ( hanya 2 orang yang mengangkat tangan yakni Willy dan teman sebangkunya
ynag tak lain Mogi sahabatnya sendiri )”. Semua mata tertuju pada mereka berdua,
pertanyan besar muncul didalam kelas yang tak lain adalah kata tanya ‘Kenapa?’.
“Oke berarti yang menjadi ketua kelas adalah Kirana Larasati,
beri tepuk tangan!”. Ajakan guru yang bersahabat itu, dan semua siswa
mengikutinya.
Pintu
kelas begitu saja terbuka, masuk lah seorang guru yang berparas seram dengan
gagah berjalan kedepan para murid ia juga membawa sebuah tongkat kayu panjang
dan tipis yang digunakan untuk menakuti siswa yang melanggar, ditangan kirinya ia
menggenggam sebuah gunting kecil yang runcing.
“Beri salam!” teriak Kiran spontan
“Saya akan memeriksa kerapihan untuk hari pertama masuk
sekolah, dimulai dari potongan rambut anak laki – laki”. Kata guru seram itu sambil
menghampiri seorang siswa yang berambut agak panjang di belakang dan segera
memotong rambutnya dengan potongan yang tak sempurna. Lalu ia kembali berjalan
kedepan tepat dimana dirinya berdiri tadi dan berbicara lagi.
“ Peraturan sekolah ini harus kalian ikuti, karena peraturan
seperti ini sudah dilaksanakan dari tahun – tahun sebelumnya dan menjadi
tradisi dan turun temurun dalam sekolah kita”. Katanya dengan nada tinggi yang
menakutkan.
“Apaan sih?”. Celoteh siswa laki – laki duduk paling ujung
yang tak lain aadalh Willy.
“Apa kamu tidak setuju dengan apa yang saya bicarakan?”.
Tanya guru seram dengan nada tingginya
“Kurasa begitu, aturan potonganrambut setiap tahun aku tidak
setuju!”. Berkata tanpa rasa takut.
“ Tidak peduli sepuluh tahun atau seratus tahun itu adalah
peraturan sekolah dan kalian harus mengikutinya!”. Sambil berjalan menuju ke
hadapan Willy yang tengah duduk sambil menatap matanya
“ Gunanya potongan rambut untuk apa?”. Bertanya dengan
mengundang amarah
“ Apakah pertanyaan itu penting untuk saya jawab?”. Kata
guru seram yang bertanya balik
“ Ya... Aku ingin tau alasannya”. Jawab lagi willy
“ Itu adalah tradisi sekolah kita sejak dari dulu!”. Berkata
singkat guru seram
“ Lalu... orang yang membuat tradisi... apa dia memberi
alasan? Apa gunanya kita melakukan itu?”. Memberi pertanyaan dengan penuh
penasaran.
“ Kamu tidak berhak bertanya seperti ini pada saya!”. Teriak
guru seram sambil megebrak meja.
“ Kenapa?”. Tanya kembali willy dengan berani.
“ Saya tidak peduli dengan pemutar balikan alasan!”. Sambil
menghantamkan tongkatnya yang gagah di atas meja.
“ Peraturan sekolah harus kita ikuti tidak peduli apa
alasannya, PERATURAN TETAPLAH PERATURAN!mengerti? ( tidak ada jawaban)
Mengerti!!!!!!! ( teriak dengan mata melotot )”.
semua siswa di dalam kelas menjawabnya namun dengan penuh
keterpaksaan kecuali wil yang sama sekali menghiraukannya. Guru seram itu
keluar dari kelas dengan penuh kemarahan tak lupa untuk membawa tongkatnya, di
ikuti dengan wali kelas berambut pendek itu keluar dari kelas.
.......................
Berbeda
dengan keadaan di dalam kelas Tania yang tenang dan hampir tak ada kegaduhan,
namun.. di balik jendela kelas terlihat seorang siswa berlari menuju kelas dan segera
masuk ke dalam kelas, yang tak lain itu siswa yang terlambat masuk di hari
pertamanya sekolah.
“ Maaf bu saya telat masuk kelas! ( sambil menundukan punggungnya)”.
Kata maaf dari seorang siswa pendek yang bernafas terengah – engah.
“ Ya sudah cepat duduk di sana , hanya tersisa satu kursi
saja”. Kata guru terpaksa.
Ia berlari meunju kursinya dan tepat di sebelahnya ada siswi
cantik dan baik Tania yang tak lain adalah teman sekelasnya tahun lalu. Mereka
duduk bersama sekarang.
“ Za, kamu telat lagi!”. Seru Tania
“ Aku kesiangan Tan, Alarm di kamarku mati semua”. Jelasnya
sambil tergesa – gesa mengeluarkan alat tulis didalam tasnya. Tiba – tiba sebuah
spidol melayang kearah mereka berdua.
“ Kalian diam!”. Teriak guru kesal.
...........................
“ Sebelumnya di kelas X
kitabelajar tentang makhluk hidup dan persamaan/perbedaan pada makhluk
hidup, apakah ada yang tau, apa yang akan kita pelajari sekarang?”. Tanya guru
yang terlihat baik. Semua siswa di dalam kelas seketika membisu mendengar
pertanyaan tersebut kecuali Kiran.
“ Hormon – hormon dalam tubuh dan Tingkah laku makhluk hidup”.
Jawabnya tanpa ragu
“ Ya benar sekali, bapak senang dengan siswa yang membaca
sebelum dijelaskan”.
.............................
Bel berbunyi meandakan waktu
istirahat pertama untuk makan siang telah tiba.
“Tania ayo kita ke kantin, tau gak Shefi itu suka ngegoda
cowok – cowok keren di sekolah ( melihat pada seorang siswi dengan kepangan
khasnya), oh ya tolong kasih tu Teza dia korban Shefi selanjutnya loh!”.
Berkata teman Tania yang penuh dengan gosip.
“ Itu Kiran, kalau dibandingin sama Shefi mereka kaya langit
dan bumi!”. Celoteh siswi bermuka cetus
“ Aku dengar Kiran dan Shefi sangat dekat dulu”. Kata siswi
penggosip. Mereka terus menurus berbicara ngalor ngidul membicarakan hal yang
tidak penting sementara Tania pergi meninggalkan mereka dan mengambil makan
siangnya.
“ Tan, apa kalian seneng – seneng?”. Tanya Teza siswa pendek
itu.
“ enggak, mereka ngebosenin, kerjanya ngomongin orang mulu”.
Jawab Tania membuat kaget Teza.
“ Mmm.. yang sabar ya, aku duluan ya!”. berjalan pergi
meninggalkan Tania
............................
Tak terasa hari sudah hampir
sore, dan bel kembali berbunyi, menandakan waktu belajar mengajar telah
berakhir, semua siswa keluar dari kelasnya dan meninggalkan sekolah menuju
rumah mereka.Terlihat dua orang siswa berjalan terburu – buru menuju pintu
gerbang yang terbuka lebar.
“ Dimana Teza? anak itu emang lambat, nanti warnetnya keburu
tutup”. Kata wil yang terlihat kesal.
“ Katanya di ada urusan dulu, nanti nyusul katanya!”. Jawab Mogi,
mereka berjalan cepat dan sangat terburu – buru.
“ Berhenti!! Masukan bajumu !”. perintah guru pembawa
tongkat itu.
“ Kenapa? Kan sekolah sudah pulang”. Tanya Will.
“ Walaupun diluar kalian harus tetap menjaga kerapian
seragam kalian!”. Bicara guru itu kembali. Mereka melakukan hal yang guru itu
perintahkan dan segera meninggalkan sekolah untuk bermain game kesukaannya di
warnet dekat stasiun kereta.
Sedang asik bermain game online will menoleh
ke arah jendela dan melihat seorang siswi cantik sedang berdiri dengna
distemani seoran siswa dari sekolah yang berbeda dan tak lain adalah pacar dari
siswi itu. Will tak henti – henti memandangi siswi cantik itu hingga siswi itu
menoleh pada dirinya. Senyuman kecil dari siswi cantik itu membawa will untuk
mengikutinya dan menaiki kereta. Sampailah mereka di tempat tujuan, siswi
cantik itu berhenti dan menyapa wil dengan lembut,
“ Hai! Will apa rumahmu dekat sini juga?”. Tanya siswi
cantik
“Ouh iya, gimana kamu tau namaku?”. Tanyanya tanpa rasa malu
“ Kita kan belajar di sekolah yang sama, aku dari kelas XII namaku Binar
panggil aja Bi”.
“ Mmm.. tadi kamu jalan sama pacarmu ya, kalian turun di
stasiun yang beda?”.
“Ohhh.. dia temanku, iya benar!”. Jawabnya tanpa beban
“ Ayo pulang bareng!”. Ajak wil dengan karisma.
Perilaku dan tingkah laku will kini mulai terlihat, ia
seorang pelajar yang tampan dan cerdas
dan sangat keras kepala juga mudah bergaul namun dia adalah laki – laki yang
sering membohongi para wanita, dia mengandalkan ketampanan dan kepopulerannya
untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
Tak terasa malam pun menjemput
cerahnya hari pertama masuk sekolah yang panjang ini. Terdengar tekanan –
tekanan keyboard yang sangat cepat di dalam kamar bernuansa feminim milik Dewi.
“Apakah kau tau, hari ini ada pelajaran matematika di
kelasku, guru yang berdiri di depanku bertanya padaku tentang apa yang telah ia
jelaskan namun aku tidak dapat menjawabnya walaupun itu pertanyaan yang mudah.
Dan tau kah kamu hari itu juga ada test matematika dan aku mengisi semua test
itu dengna jawaban yang penuh dengan keraguan, walaupun soalnya itu merupakan
pertanyaan dasar yang mudah namun aku menjawabnya dengan keliru karena setelah pagi tadi kau bertanya soal matematka
yang membingungkan kepadaku aku jadi kehilangan konsentrasiku. Aku selalu
memikirkan jawaban apa yang seharusnya kuberikan kepada dirimu”.
Isi tulisan yang di uduh tepat pada blog miliknya, dan
mendapatkan banyak sekali komentar baik tentang ceritanya.
Ternyata malam hari terasa tidak
sepanjang hari kemarin, sekarang hari kedua masuk sekolah, para siswa berjalan masuk
melalui gerbang tinggi nan gagah dengan menggunakan seragam yang rapi dan
rambut yang tertata, namun berbeda dengan anak yang berjalan tanpa rasa malu
menggunakan baju berwarna abu – abu dan sebuah jeans rapi hingga tepi
matakakinya, tak lain si pembuat keributan dan anak keras kepala, Sontrak
seluruh pasang mata yang ada disekitar melihatnya dengan rasakaget.
“ Will?? Apaan ini? kamu udah gila!”. Berkata Teza kaget dan
heran
“ Apa kamu mau ngelawan dia lagi? Beradu argument lagi?”.
Tanya Mogi heran
..........................
Upacara memasuki hari kedua
sekolah di awali dengan penuh kehikmatan oleh para siswa yang berseragam rapi
tak terkecuali will yang tidak menggunakan seragam sekolah juga mengikuti
upacara denganhikmat, namun setelah upacara selesai, will segera di panggil
oleh guru pemengang tongkat agar memisahkan diri dari barisan.
“ Kenapa kita harus memakai seragam?”. Ia berterikan didepan
siswa lain yang berbaris rapi disekitarnya
“Ini adalah peraturan yang sudah berjalan beberapa tahun dan
sudah turun temurun”. Tegas guru
“ Jika sudah lama, Bapak seharusnya memberikan alasannya!”.
“Mari ikut keruang BK!”. Ajaknya marah
.....................
“Apa yang kamu inginkan , kamu mau melawan saya dan sekolah?”.
Tanyanya dengan emosi
“Bukan begitu, Bapak tidak memberikan jawaban kenapa kita
harus memakai seragam?”. Jawab willy
“Karena kamu tidak mau menggunakannya, walaupun saya katakan
alasannya, kamu akan tetap mencari alasan lain walau bagaimanapun!”. Jelas guru
dengan nada tinggi
“Lalu.. jika Bapak memberikan alasanya, aku akan suka
menggunakan seragam?”. tanyanya berat
“Karena kamu pelajar maka kamu harus menggunakannya!”.
Sambil menunjuk wajah wil
“Itu juga aku tau, tapi aku tidak mengerti kenapa?”.
Tanyanya dengan berani
“Pernahkah kamu bangga menjadi murid di sekolah ini? Seragam
adalah suatu kebanggaan”.
“Belajar disini telah membuat saya bangga.. .. tidak harus
menggunakan seragam bukan untuk membuat saya bangga”. Jawabnya tanpa berpikir
“Sudahlah aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya
kepadamu, dengarkan alasan kamu sendiri”.
Kata guru seram yang mulai lelah beradu argument. Ternyata diam – diam wil
merekam seluruh pembicaraan mereka.
“Bapak belum menjawab pertanyaanku”.
“Sudah cukup!!”. Kata terakhir yang terdengar di mulut guru
seram itu.
Akhirnya willy keluar dari ruang
BK dengan wajah srumingah seperti mendapatkan undian berhadiah pulau, kemenangan
tersirat dalam wajahnya sambil mengangkat tangan ke atas dan melihat tepat
kejendela kelasnya yang penuh dengan teman – teman kelasnya yang mendukung
keras apa yang dilakukan oleh dirinya. Semua pendukungnya bersorak “ woooo!!
Will hebat!!! Dia keren!!!”.
Will pulang dengan rasa penuhkemenangan, dan ia segera
mengunduh hasil rekamannya dalam grup facebook siswa – siswi sekolahnya.
Hal sama terjadi didalam kelas
Tania, Teza dan Panji, saat guru menjelaskan tentang pelajaran, seketika semua
ponsel milik siswa bergetar secara bersamaan dan terlihat rekaman suara yang
berjudul “ KENAPA KITA HARUS MEMAKAI SERAGAM?” yang telah diunduh will menyebar
ke hampir seluruh siswa. Dan hal yang pasti terjadi datang, guru pemegang
tongkat itu masuk kedalam kelas dan menyampaikan bahwa,
“hiraukan saja hal yang telah terjadi tadi pagi. Peraturan
harus tetap diikuti apapun alasannya dan tidak boleh ada yang melanggar atau
hukuman yang akan kalian terima!”. Lalu ia meninggalakan kelas dan menuju kelas
lainnya, apa yang dikatakannya saat didalam kelas dan kelas lain sangat sama,
bahkan dengan aksen yang sama pula.
...................
Mentari
kembali menyambut pagi yang cerah ini, ini adalah hari ketiga masuk sekolah,
will tetap mempertahankan argumentnya, ia tetap tidak menggunakan seragam, ia
kembali berjalan masuk ke dalam sekolah dengan langkah penuh percaya diri namun
langkahnya seketika terhenti oleh para siswa yang sama seperti dirinya tidak
menggunakan seragam, karena mereka ingin merasakan keadilan dan kebebasan,
hampir setengah dari seluruh siswa sekolah tidak menggunakan seragam
sepertinya. Tak lama kemudian semua siswa yang tidak menggunakan seragam
dipanggil untuk segera berkumpul di aula sekolah untuk mendapatkan alasan atau
mendapatkan hukuman.
“Siapa yang membuat kekacauan ini dan kenapa kalian membiarkan
ini terjadi? ( menunjuk pada para guru di sampingnya )”. Teriak kepala sekolah
dengan rasa kesal.
“ Aku yang telah membuat kekacauan ini!”. teriakan jawaban
dari seorang anak penuh keberanian di antara kumpulan siswa yang tidak memakai
seragam yang tak lain adalah will.
“ Apa menurutmu membuat kekacauan itu keren? Kenapa kalian
mengikuti ide bodoh ini? Hentikan ini!”. berbicara dengan nada yang tinggi
“ Saya bisa bilang ke mereka semua , tapi saya tidak bisa...
mereka membutuhkan alasan!”. jawabnya
“ Sudah ku bilang alasannya, memakai seragam adalah
peraturan dan ini sudah berjalan sejak dari dulu”. potong guru seram pemegang
tongkat.
“ Belum, jika aku memiliki nilai yang tinggi kenapa aku
harus memakai seragam?”. Tanyanya tak henti
“ Karena itu hanya perasaan kamu sendiri, apa orang lain
punya perasaaan yang sama? Kenapa siswa sebelumnya bisa menaati peraturan yang
sama tapi kamu tidak?”.
“ Ini tidak adil, kami harus melakukan apa yang mereka
lakukan!”. Opini siswa berkepala plontos Panji
“ Tentang gaya rambut, apapun gaya rambutkku nilaiku tetap
sama, kenapa aku tidak boleh menata rambut sesukaku?”. Sambung siswi yang masih
penasaran.
“ Walaupun warna rambutku berubah namun nilaiku tetap tidak
berubah”. Sambungnya lagi
“ Kami mengizinkan satu hal, tapi kalian akan menginginkan
hal lain!”. Celoteh guru wanita cetus
“ Itu akan membuatmu tidak fokus, karenanya pelajaran tidak
lagi menyenangkan dibanding dengan gaya kalian”. Sambung guru seram pembawa
tongkat.
“ Mari kita coba, jika nilaiku tetap aku akan terus seperti
ini jika nilaiku turun aku akan mengikuti peraturan”. Tawaran kecil dari siswa berambut
kepang khasnya.
“ Peraturan tetaplah peraturan tidak ada tawar menawar”.
Menolak penawaran kecil dari Shefie
“ Kita tidak akan tawar menawar lagi, tapi berikan
jawabannya”. Kata wil yang mulai tidak sabar
“ Dan itu bukan jawaban yang tepat!” sambung siswa pemegang saxsfon saat upacara
Pin.
“ Karena bukan itu jawaban ynag ingin kalian dengar, bukan?”.
Sambung lagi guru wanita berambut pendek yang terlihat sangat mengerti
permasalahan yang terjadi.
“ Dengarkan! dan saya akan katakan alasannya!, Jika tas kamu
di ambil seorang pencuri, siapa yang pertama di pikiranmu untuk meminta
bantuan?”.
“ Polisi!”. Jawab siswi dengan sepontan
“ Nah, bagaimana kita bisa tau dari sekian banyak orang yang
mana adalah polisi?.... Orang yang memakai seragam polisi, bukan?... Semua
profesi memiliki tugas dan tanggung jawab, menggunakan seragam dapat
menjelaskan apa tugas kita, apa yang harus dilakukan dan tidak di lakukan. Tugaspolisi
adalah menjaga keselamatan kita, jadi ketika kita ada masalah kita dapat
meminta bantuan kepada mereka, dan polisi yang berseragam akan ingat bahwa dia
tidak seharusnya diam dan membiarkan pencuri kabur, benar??... Alasan mengapa
kalian memakai seragam adalah untuk mengingatkan bahwa kalian seorang
pelajardan tugas kalian adalah belajar, jadi selagi kalian masih memakai
seragam pelajar itu akan mengingatkan kalian untuk melakukan yang terbaik untuk
pendidikan kalian, ketika kalian selesai belajar kalian tidak harus memakai
seragam lagi”. Penjelasanya yang sangat jelas
“ Bu guru, di negera lain seperti Amerika pelajar disana
tidak menggunakan seragam pelajar, tapi negara merekatetap maju”. Sangkal Pin
“ Dinegara ynag berbeda lagi.... negara yang sangat maju
yaitu Jepang, mereka memakai seragam sekolah juga.. kita semua menyadari itu,
mereka mengikuti dan menghormati peraturan, dan mereka dapat membuat jepang
maju, bukan? Segala sesuatu memiliki alasan masing – masing, kalian juga
memiliki alasan sendiri, tapi kalian sekarang berada disekolah... yang memilki
peraturan, peraturan kalian sebagai pelajar dan peraturan kami sebagai guru,
hal itu haruskita patuhi... kalian melanggar peraturan dan kalian harus di
hukum, sebaliknya peraturan sekolah tidak akan ada jika seperti itu,.... apa
ini bisa disebut sekolah?”. Jelasnya panjang lebar.
“ Pulang sekolah kalian harus membersihkan aula ini, aku
akan mengizinkan kalian menggunakan pakaian ini hanya untuk satu hari saja,
tapi jika siapa saja melakukan hal yang sama besok aku akan mengaggapnya sebagai
masalah besar, mengerti!!”. Lanjut kepala sekolah memberi peringatan.
...............................
Panji dan kawan – kawannya yang
berkepala plontos menghampiri seorang pria yang duduk diatas motor merah besar
yang sedang berhenti didepan gerbang sekolah.
“ kak Irvan! Sedang apa disini? Udah lama gak liat kakak di
sekolah ini setelah kelulusan”. Sapa salah satu teman Panji dengan akrab.
“ Kak nunggu pacar baru kaka”. Jawabnya
Datanglah gadis cantik berambut kepang khas menghampirinya
sementara itu Panji merasa heran, karena terakhir dia melihat shefie keluar
berdua dengan willy didalam toilet yang sama, rasa penasaran pun mulai
menghampiri, Panji hendak bertanya pada kak Irvan, wajah Shefie mulai
ketakutan, namun....
“ Kak!! ............. motormu dicat ulang ya?”. Tanyanya
dengan terpaksa. Wajah Shefie terlihat lega, karena panji tidak menceritakan
hal itu pada kak Irvan.
............................
Terlihat will mengangkat kedua
buah ember berwana hijau yang penuh dengan air, dan meletakannya tepat di
samping kaki mario yang sedang memegang kain pel, aula sangat ramai dengan para
siswa yang bahu membahu membersihkan ruangan dan wajah mereka terlihat senang
walaupun mendapatkan hukuman. Will berjalan mundur karena ingin menikmati
kemenangannya, namun setelah berbalik wajah kiran tepat di hadapannya.
“ Apa kamu puas sama apa yang udah kamu lakuin?”. Bertanya
dengan nada yang aneh
“ Kenapa? Mereka merasa senang karena kita menang!”.
Jawabnya dengan penuh kepuasan
“ Hah menang! Pikiranmu masih kaya anak kecil”. Meremehkan
jawaban Will
“ Kita menang, karna
kita gak kaya kamu yang cuma ngikutin apa yang mereka suruh, kamu Cuma jadi
boneka buat perbaiki hidup mereka yang dulu”.
.........................................to
be continue....................................
Selamat berkarya, semoga sukses jadi penulis terkenal Nanda Devia Devia Dhewanti (Siswa XI IPA 2)
BalasHapusmakasih banyak pak! sudah diposting!!! :)
BalasHapusditunggu karya karya terbarunya ok
BalasHapus