tag

Selasa, 12 Januari 2016

HORMONES : CONFUSING TEEN’S ( KEBINGUNGAN REMAJA )



Oleh :  Devia Dhewanti  (Siswa XI  IPA 2)

Bingung

 Special : Character Introduction

Langit cerah nan biru bercampur awan putih yang lembut menyambut para siswa siswi SMA SUKAMAJU dihari pertama masuk sekolah setelah melalui  libur panjang akhir semester, rasa penasaran yang tinggi akan teman sebangku baru  didalam kelas serta  rasa tak sabar ingin saling menyapa dan bercerita tentang kegitan apa yang telah dilakukan untuk menghabiskan dua pekan sebelum kembali mengasah otak dan keterampilan. Merah putih menuju puncaknya yang tak sabar untuk berkibar dengan diiringi lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, para siswa berbaris rapi tiap kelasnya dimulai dari siswa baru yakni kelas X yang baru saja bergabung dan merasakan hari pertamanya mengikuti upacara yang panjang dilapangan sekolah barunya, rasa bangga dan bebas karena telah melewati sulitnya masa orientasi terpancar pada wajah mereka yang tersorot cahaya mentari pagi, diikuti oleh barisan kelas XI dengan raut muka yang
bermacam – macam, mulai dari paras Seyum yang menandakan kebanggan akan hasil mereka yang memuaskan ditahun sebelumnya atau senang karena dapat betemu dan saling menyapa kembali dengan teman atau lebih dari teman yang sudah lama tak saling menyapa, dalam barisan itu juga terlihat paras yang menekuk senyuman, menandakan kekecewaan atas hasil yang kurang bahkan tidak memuaskan atau mereka merasa malas karenaharus bertemu kembali dengan hal yang membosankan selanjutnya setelah libur panjang yang membosankan bisa saja mereka juga bosan dengan aturan dan tata tertib sekolah dan takut akan pembullyan di sekolah, dan barisan paling ujung dengan paras wajah yang sama, takut dan tegang sebab ini adalah tahun terakhir mereka menginjakan kakinya di sekolah, mereka akan segera menemui hari penentuan hasil belajar atau sering disebut kelulusan yakni kelas XII.
Terlihat diantara barisan kelas XI seorang anak berdagu panjang dengan benda hitam bertali panjang menyambung pada ponselnya menempel pada kedua lubang telinganya, pada dada sebelah kanannya tertulis “ Mogi Sanjaya”. Itu semuaberbeda dengan seorang gadis yang sangat bersemangat dan sangat di kagumi disekolah berkat kecerdasan dan kerajinannya dia dijuluki siswa sempurna di sekolah, dia gadis penuh ambisi bernama......
“Hey!!! Lihat itu kak Kiran! Dia terlihat cantik dan cerdas!”. Sambil menunjuk pada seorang gadis cantik sedang membacakan do’a.
“Dia sangat sempurna!”. Sambil menggenggam kedua tangannya, kagum melihat gadis pembaca do’a.
“Eh Ki, kamu bilang tidak menyukai kak kiran kemarin, ada apa hah?”. Memelankan suaranya seperti membisikan sesuatu.
“Euhh.. aku lihat profil nya di grup sekolah dan dia memiliki banyak perstasi dia juga cantik dan baik jadi aku sangat suka”. Tersipu malu.
......................................
                Kabut asap memenuhi ruang biologi yang gelap, empat orang siswa laki – laki berkepala plontos sedang duduk bersembunyi sambil memegang sebatang benda yang menyala diujungnya dan menghasilkan asap lebat disertai abu kecil yag jatuh akibat pembakaran, bukannya mengikuti upacara bendera pertama mereka malah membolos untuk hal konyol seperti ini.
“Awas! (menundukan kepala) ada yang lewat!”. Sambil menundukan kepala berambut setengah sentimeter temanya.

Terlihat dari prilakunya siswa berkepala plontos ini adalah siswa yang senang melanggar peraturan, siswa yang keras, ia merupakan siswa yang mengharapkan kebebasan dan tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya, menyelesaikan masalah dengan kepalan tangan.
“Ji, cepat pergi! Ada yang datang!”. teriak seorang yang tiba – tiba muncul, mereka segera pergi meninggalakan ruang biologi gelap itu.
.............................
                Mentari pagi berjalan menuju puncaknya, pagi tak lagi sunyi dan waktu kian berputar cepat, upacar hampir selesai dilaksanakan namun seorang siswa yanng tingginya kurang dari 160cm  masih sibuk bersolek didalam kamar yang penuh dengan waker di atas meja. Ia pun pergi kesekolah dengan terburu – buru.
                Semua siswa mengikuti upacara bendera sementara di dalam toilet pria yang sepi Panji siswa berkepala plontos sedang mencuci wajah dan mulutnya dengan air agar tidak tercium bau asap dari tubuhnya. Suara pintu toilet terbuka terdengar jelas, keluarlah seorang siswa laki – laki tampan dengan tingkahnya yang aneh dan diikiuti oleh seorang siswi perempuan cantik berambut kepang di tepi kiri dan kanan kepalanya, mereka keluar dari salah satu bilik toilet yang sama, tentu saja panji si kepala plontos kaget melihat hal aneh tesebut, namun dia tidak mengatakan sepatah katapun karena salah satu prilakunya adalah tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya. Siswi perempuan dengan kepangannya yang khas ini adalah siswi kelas XI yang sudah tersohor akan kenakalannya namun entah apa rahasia yang dia simpan nilai semua mata pelajarnya selalu bagus dan memuaskan walaupun ia sering dijauhi dan menjadi buah bibir teman – temannya.
                Upacara bendera dilanjutkan dengan amanat dari kepala sekolah dengan panjang lebar, para siswa siswi mulai kelelahan mendengarkan amanat yang di sampaikan kepala sekolah, suasan dilapangan upacara mulai tidak kondusif kegaduhan mulai terjadi namun kepala sekolah menghentikannya dengan rasa kecewa, dan inti dalam amanat yang diberikan adalah “ TAATI PERATURAN SEKOLAH DAN TATA TERTIB SEKOLAH “. Guru gagah memegang tongkat panjang dan tipis namun kuat itu menerikkan kata “DIAM! TENANG!!!” sontrak semua peserta upacara diam membisu tak berdaya. Akhirnya upacara telah selesai dan ditutup oleh persembahan Drumband sekolah yang memukau.
“Heh, liat deh itu Pin ( menunjuk pada seorang siswa tampan meniup saxsfon ), dia keliatan keren kalo lagi gitu!”. Celoteh siswi perempuan yang tidak mau diam.
“ menurut aku sih, dia biasa aja!” jawab teman disampinya sambil tertawa bersama.
“Eh Tan, kamu kan mantannya Pin ( menepak pada bahu siswi berkulit putih yang terlihat pemalu )... menurut aku sih, lebih keren Timi! Mahir banget mainin flute nya!”.
Siswi berkulit putih pemalu itu hanya membalas semua pertanyaan yang diajukan padanaya dengan senyuman. Mereka pun meninggalkan lapangan upacara, terlihat Tania siswi pemalu itu menyapa siswa tampan pemain saxsfon dan menerima sapaan balasan dengan senyuman.
Dalam situasi lain seorang guru wanita berambut pendek menghampiri Kiran yang berjalan bersebelahan dengan Dewi siswi baru kekanak – kanakan dan memiliki daya khayal tinggi di ikuti oleh temannya dibelakang.
“ Kiran! Perkenalkan ini Dewi, dia adalah anak dari ketua perwakilan wali murid di sekolah ini,  dia siswi kelas X yang masih butuh bimbingan, tolong bantu ibu ya untuk membimbingnya”. Kata guru yang terlihat bersahabat itu.
“Ohh, ya bu pasti saya bantu”. Sambil menganggukan kepalanya.
 “ jadi kamu siswi baru disini, ambil jurusan apa?”. Tanya Kiran dengan lembut.
“ IPA kak!”. Jawabnya malu.
.........................
Semua orang menduduki kursinya masing – masing namun tidak dengan Tania, ia masih kebingungan akan duduk dengan siapa, didalam kelas hanya tersisa satu meja dan dua kursi, akhirnya ia duduk sendiri tepat dibelakang teman – temannya yang sebelumnya mengajak mengobrol saat upacarara berlangsung.                    
                Gemercik air terdengar lembut, dua orang siswa laki – laki tak lain Pin dan Timi sedang membersihkan alat musik mereka dengan beberapa candaan mereka.
“ itu kurang bersih Pin!”. Kata Timi sambil menunjuk pada ujung peniup
“ Aku kan pake alat ini sendiri, kalau infeksi, ga ada urusannya sma kamu!”. Jawab Pin sambil tertawa.
Mereka tertawa bersama dan meninggalakan tempat cuci itu.
.........................
“Keramaian di sekelilingku tidak menggangguku dalam sunyinya cinta kita. Berbaris kue cantik dengan berbagai macam rasa tak kuasa hati untuk memakannya, aku duduk di sebelah jendela lebar ke arah jalan raya yang dipenuhi para pejalan kaki. Saat aku meihat langkah cepat mereka, sebuah cupcake lucu berada di samping pipiku, tangan yang memegang dengan lembut cupcake lucu itu membuat diriku tersipu malu, seorang pria tampan yang selalu ada disampingku dan selalu membuat hatiku jatuh dalam cintanya. Di duduk tepat di hadapanku, aku semakin terpesona akan perlakuannya terhadapku, kami membagi satu cupcake lucu yang penuh cinta itu menjadi dua bagian yang sempurna. Kami membangun cinta kami semanis cupcake lucu itu.
“Oohh...  manis banget! Bagus Dew! Cerita kamu kaya beneran!”. Fujian dari kiki salah satu teman Dewi.
“Hahaa.. enggak kok! Ceritanya kan Cuma fiksi aja!”. Menyangkal dengan rasa malu dan bangga.
“Lihat!! Lihat!! ( menunjuk pada seorang siswa tampan yang tinggi dan berkarisma )... Ada kak Will!Ayo! Ayo! ( berlari menuju pintu kelas )”. Ajakan salah satu teman Dewi
“Waaah.. dia keren banget! Gak ada yang nandingin deh!”.
Willy berjalan dengan penuh percaya diri, namun tiba – tiba jatuhlah bungkusan kotak berwarna hitam di dalam kantung celananya, sementara itu diarah yang berlawanan muncul seorang siswi teladan di hadapan Willy yang hendak mengambil bungkusan kotak hitam itu, ia menawarkannya pada siswi teladan yang tak lain adalah Kiran " mau?” sambil menyodorkan bungkusan hitam itu.
“lihat deh! (menunjuk pada kedua Willy dan Kiran), mereka cocok banget kan”. Bisikan teman Dewi terkagum – kagum.
Sementara itu Dewi mengkhayalkan sesuatu dalam pikirannya, daya imajenasinya yang tinggi mulai berjalan.
“Kiran, aku mau tanya, gimana sih cara ngerjain soal yang ini?”. Tanyat Willy sambil menyodorkan kertas yang bertulis “ 1L0 “.

.....................................................
“Awh, wil aku gak tau caranya, soalnya juga keliatan aneh”. Jawab Kiran Bingung 
“Tunggu.. ( sambil menghapus setengah dari soal aneh itu ), gimana sama yang ini!”. Memperlihatkan soal yang telah di hapusnya tadi. Dan tertulis kata “ I LOVE U“ dari soal yang aneh itu.
..................
Dew, lagi mikirin apa? Pasti ngayal lagi deh!”. Tanya teman Dewi yang tersenyum sendiri dalam lamunannya.
......................
Didalam ruang kelas XII IPA 2 sedang diadakan pemilihan ketua kelas ynag dipimpin oleh guru wanita berambut pendek yang tak lain adalah wali kelas Willy, Kiran Dan Mogi.
“ Ya anak – anak, kita akan melakukan voting pemilihan ketua kelas, dan kandidatnya yakni antara Kirana Larasati dengan Intan Permatasari. Silahkan angkat tangan kalian untuk yang memilih Kirana! ( hampir semua murid mengacungkan tangannya ), oke sekarang angkat tangan kalian untuk yang memilih Intan ( hanya 2 orang yang mengangkat tangan yakni Willy dan teman sebangkunya ynag tak lain Mogi sahabatnya sendiri )”. Semua mata tertuju pada mereka berdua, pertanyan besar muncul didalam kelas yang tak lain adalah kata tanya ‘Kenapa?’.
“Oke berarti yang menjadi ketua kelas adalah Kirana Larasati, beri tepuk tangan!”. Ajakan guru yang bersahabat itu, dan semua siswa mengikutinya.
                Pintu kelas begitu saja terbuka, masuk lah seorang guru yang berparas seram dengan gagah berjalan kedepan para murid ia juga membawa sebuah tongkat kayu panjang dan tipis yang digunakan untuk menakuti siswa yang melanggar, ditangan kirinya ia menggenggam sebuah gunting kecil yang runcing.
“Beri salam!” teriak Kiran spontan
“Saya akan memeriksa kerapihan untuk hari pertama masuk sekolah, dimulai dari potongan rambut anak laki – laki”. Kata guru seram itu sambil menghampiri seorang siswa yang berambut agak panjang di belakang dan segera memotong rambutnya dengan potongan yang tak sempurna. Lalu ia kembali berjalan kedepan tepat dimana dirinya berdiri tadi dan berbicara lagi.
“ Peraturan sekolah ini harus kalian ikuti, karena peraturan seperti ini sudah dilaksanakan dari tahun – tahun sebelumnya dan menjadi tradisi dan turun temurun dalam sekolah kita”. Katanya dengan nada tinggi yang menakutkan.
“Apaan sih?”. Celoteh siswa laki – laki duduk paling ujung yang tak lain aadalh Willy.
“Apa kamu tidak setuju dengan apa yang saya bicarakan?”. Tanya guru seram dengan nada tingginya
“Kurasa begitu, aturan potonganrambut setiap tahun aku tidak setuju!”. Berkata tanpa rasa takut.
“ Tidak peduli sepuluh tahun atau seratus tahun itu adalah peraturan sekolah dan kalian harus mengikutinya!”. Sambil berjalan menuju ke hadapan Willy yang tengah duduk sambil menatap matanya
“ Gunanya potongan rambut untuk apa?”. Bertanya dengan mengundang amarah
“ Apakah pertanyaan itu penting untuk saya jawab?”. Kata guru seram yang bertanya balik
“ Ya... Aku ingin tau alasannya”. Jawab lagi willy
“ Itu adalah tradisi sekolah kita sejak dari dulu!”. Berkata singkat guru seram
“ Lalu... orang yang membuat tradisi... apa dia memberi alasan? Apa gunanya kita melakukan itu?”. Memberi pertanyaan dengan penuh penasaran.
“ Kamu tidak berhak bertanya seperti ini pada saya!”. Teriak guru seram sambil megebrak meja.
“ Kenapa?”. Tanya kembali willy dengan berani.
“ Saya tidak peduli dengan pemutar balikan alasan!”. Sambil menghantamkan tongkatnya yang gagah di atas meja.
“ Peraturan sekolah harus kita ikuti tidak peduli apa alasannya, PERATURAN TETAPLAH PERATURAN!mengerti? ( tidak ada jawaban) Mengerti!!!!!!! ( teriak dengan mata melotot )”. 
semua siswa di dalam kelas menjawabnya namun dengan penuh keterpaksaan kecuali wil yang sama sekali menghiraukannya. Guru seram itu keluar dari kelas dengan penuh kemarahan tak lupa untuk membawa tongkatnya, di ikuti dengan wali kelas berambut pendek itu keluar dari kelas.
.......................
                Berbeda dengan keadaan di dalam kelas Tania yang tenang dan hampir tak ada kegaduhan, namun.. di balik jendela kelas terlihat seorang siswa berlari menuju kelas dan segera masuk ke dalam kelas, yang tak lain itu siswa yang terlambat masuk di hari pertamanya sekolah.
“ Maaf bu saya telat masuk kelas! ( sambil menundukan punggungnya)”. Kata maaf dari seorang siswa pendek yang bernafas terengah – engah.
“ Ya sudah cepat duduk di sana , hanya tersisa satu kursi saja”. Kata guru terpaksa.
Ia berlari meunju kursinya dan tepat di sebelahnya ada siswi cantik dan baik Tania yang tak lain adalah teman sekelasnya tahun lalu. Mereka duduk bersama sekarang.
“ Za, kamu telat lagi!”. Seru Tania
“ Aku kesiangan Tan, Alarm di kamarku mati semua”. Jelasnya sambil tergesa – gesa mengeluarkan alat tulis didalam tasnya. Tiba – tiba sebuah spidol melayang kearah mereka berdua.
“ Kalian diam!”. Teriak guru kesal.
...........................
“ Sebelumnya di kelas X  kitabelajar tentang makhluk hidup dan persamaan/perbedaan pada makhluk hidup, apakah ada yang tau, apa yang akan kita pelajari sekarang?”. Tanya guru yang terlihat baik. Semua siswa di dalam kelas seketika membisu mendengar pertanyaan tersebut kecuali Kiran.
“ Hormon – hormon dalam tubuh dan Tingkah laku makhluk hidup”. Jawabnya tanpa ragu
“ Ya benar sekali, bapak senang dengan siswa yang membaca sebelum dijelaskan”.
.............................
Bel berbunyi meandakan waktu istirahat pertama untuk makan siang telah tiba.
“Tania ayo kita ke kantin, tau gak Shefi itu suka ngegoda cowok – cowok keren di sekolah ( melihat pada seorang siswi dengan kepangan khasnya), oh ya tolong kasih tu Teza dia korban Shefi selanjutnya loh!”. Berkata teman Tania yang penuh dengan gosip.
“ Itu Kiran, kalau dibandingin sama Shefi mereka kaya langit dan bumi!”. Celoteh siswi bermuka cetus
“ Aku dengar Kiran dan Shefi sangat dekat dulu”. Kata siswi penggosip. Mereka terus menurus berbicara ngalor ngidul membicarakan hal yang tidak penting sementara Tania pergi meninggalkan mereka dan mengambil makan siangnya.
“ Tan, apa kalian seneng – seneng?”. Tanya Teza siswa pendek itu.
“ enggak, mereka ngebosenin, kerjanya ngomongin orang mulu”. Jawab Tania membuat kaget Teza.
“ Mmm.. yang sabar ya, aku duluan ya!”. berjalan pergi meninggalkan Tania
............................
Tak terasa hari sudah hampir sore, dan bel kembali berbunyi, menandakan waktu belajar mengajar telah berakhir, semua siswa keluar dari kelasnya dan meninggalkan sekolah menuju rumah mereka.Terlihat dua orang siswa berjalan terburu – buru menuju pintu gerbang yang terbuka lebar.
“ Dimana Teza? anak itu emang lambat, nanti warnetnya keburu tutup”. Kata wil yang terlihat kesal.
“ Katanya di ada urusan dulu, nanti nyusul katanya!”. Jawab Mogi, mereka berjalan cepat dan sangat terburu – buru.
“ Berhenti!! Masukan bajumu !”. perintah guru pembawa tongkat itu.
“ Kenapa? Kan sekolah sudah pulang”. Tanya Will.
“ Walaupun diluar kalian harus tetap menjaga kerapian seragam kalian!”. Bicara guru itu kembali. Mereka melakukan hal yang guru itu perintahkan dan segera meninggalkan sekolah untuk bermain game kesukaannya di warnet dekat stasiun kereta.
 Sedang asik bermain game online will menoleh ke arah jendela dan melihat seorang siswi cantik sedang berdiri dengna distemani seoran siswa dari sekolah yang berbeda dan tak lain adalah pacar dari siswi itu. Will tak henti – henti memandangi siswi cantik itu hingga siswi itu menoleh pada dirinya. Senyuman kecil dari siswi cantik itu membawa will untuk mengikutinya dan menaiki kereta. Sampailah mereka di tempat tujuan, siswi cantik itu berhenti dan menyapa wil dengan lembut,
“ Hai! Will apa rumahmu dekat sini juga?”. Tanya siswi cantik
“Ouh iya, gimana kamu tau namaku?”. Tanyanya tanpa rasa malu
“ Kita kan belajar di sekolah  yang sama, aku dari kelas XII namaku Binar panggil aja Bi”.
“ Mmm.. tadi kamu jalan sama pacarmu ya, kalian turun di stasiun yang beda?”.
“Ohhh.. dia temanku, iya benar!”. Jawabnya tanpa beban
“ Ayo pulang bareng!”. Ajak wil dengan karisma.
Perilaku dan tingkah laku will kini mulai terlihat, ia seorang  pelajar yang tampan dan cerdas dan sangat keras kepala juga mudah bergaul namun dia adalah laki – laki yang sering membohongi para wanita, dia mengandalkan ketampanan dan kepopulerannya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.



Tak terasa malam pun menjemput cerahnya hari pertama masuk sekolah yang panjang ini. Terdengar tekanan – tekanan keyboard yang sangat cepat di dalam kamar bernuansa  feminim milik Dewi.
“Apakah kau tau, hari ini ada pelajaran matematika di kelasku, guru yang berdiri di depanku bertanya padaku tentang apa yang telah ia jelaskan namun aku tidak dapat menjawabnya walaupun itu pertanyaan yang mudah. Dan tau kah kamu hari itu juga ada test matematika dan aku mengisi semua test itu dengna jawaban yang penuh dengan keraguan, walaupun soalnya itu merupakan pertanyaan dasar yang mudah namun aku menjawabnya dengan keliru karena  setelah pagi tadi kau bertanya soal matematka yang membingungkan kepadaku aku jadi kehilangan konsentrasiku. Aku selalu memikirkan jawaban apa yang seharusnya kuberikan kepada dirimu”.
Isi tulisan yang di uduh tepat pada blog miliknya, dan mendapatkan banyak sekali komentar baik tentang ceritanya.
Ternyata malam hari terasa tidak sepanjang hari kemarin, sekarang hari kedua masuk sekolah, para siswa berjalan masuk melalui gerbang tinggi nan gagah dengan menggunakan seragam yang rapi dan rambut yang tertata, namun berbeda dengan anak yang berjalan tanpa rasa malu menggunakan baju berwarna abu – abu dan sebuah jeans rapi hingga tepi matakakinya, tak lain si pembuat keributan dan anak keras kepala, Sontrak seluruh pasang mata yang ada disekitar melihatnya dengan rasakaget.
“ Will?? Apaan ini? kamu udah gila!”. Berkata Teza kaget dan heran
“ Apa kamu mau ngelawan dia lagi? Beradu argument lagi?”. Tanya Mogi heran
..........................
Upacara memasuki hari kedua sekolah di awali dengan penuh kehikmatan oleh para siswa yang berseragam rapi tak terkecuali will yang tidak menggunakan seragam sekolah juga mengikuti upacara denganhikmat, namun setelah upacara selesai, will segera di panggil oleh guru pemengang tongkat agar memisahkan diri dari barisan.
“ Kenapa kita harus memakai seragam?”. Ia berterikan didepan siswa lain yang berbaris rapi disekitarnya
“Ini adalah peraturan yang sudah berjalan beberapa tahun dan sudah turun temurun”. Tegas guru
“ Jika sudah lama, Bapak seharusnya memberikan alasannya!”.
“Mari ikut keruang BK!”. Ajaknya marah
.....................
“Apa yang kamu inginkan , kamu mau melawan saya dan sekolah?”. Tanyanya dengan emosi
“Bukan begitu, Bapak tidak memberikan jawaban kenapa kita harus memakai seragam?”. Jawab willy
“Karena kamu tidak mau menggunakannya, walaupun saya katakan alasannya, kamu akan tetap mencari alasan lain walau bagaimanapun!”. Jelas guru dengan nada tinggi
“Lalu.. jika Bapak memberikan alasanya, aku akan suka menggunakan seragam?”. tanyanya berat
“Karena kamu pelajar maka kamu harus menggunakannya!”. Sambil menunjuk wajah wil
“Itu juga aku tau, tapi aku tidak mengerti kenapa?”. Tanyanya dengan berani
“Pernahkah kamu bangga menjadi murid di sekolah ini? Seragam adalah suatu kebanggaan”.
“Belajar disini telah membuat saya bangga.. .. tidak harus menggunakan seragam bukan untuk membuat saya bangga”. Jawabnya tanpa berpikir
“Sudahlah aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya kepadamu,  dengarkan alasan kamu sendiri”. Kata guru seram yang mulai lelah beradu argument. Ternyata diam – diam wil merekam seluruh pembicaraan mereka.
“Bapak belum menjawab pertanyaanku”.
“Sudah cukup!!”. Kata terakhir yang terdengar di mulut guru seram itu.
Akhirnya willy keluar dari ruang BK dengan wajah srumingah seperti mendapatkan undian berhadiah pulau, kemenangan tersirat dalam wajahnya sambil mengangkat tangan ke atas dan melihat tepat kejendela kelasnya yang penuh dengan teman – teman kelasnya yang mendukung keras apa yang dilakukan oleh dirinya. Semua pendukungnya bersorak “ woooo!! Will hebat!!! Dia keren!!!”.
Will pulang dengan rasa penuhkemenangan, dan ia segera mengunduh hasil rekamannya dalam grup facebook siswa – siswi sekolahnya.
Hal sama terjadi didalam kelas Tania, Teza dan Panji, saat guru menjelaskan tentang pelajaran, seketika semua ponsel milik siswa bergetar secara bersamaan dan terlihat rekaman suara yang berjudul “ KENAPA KITA HARUS MEMAKAI SERAGAM?” yang telah diunduh will menyebar ke hampir seluruh siswa. Dan hal yang pasti terjadi datang, guru pemegang tongkat itu masuk kedalam kelas dan menyampaikan bahwa,
“hiraukan saja hal yang telah terjadi tadi pagi. Peraturan harus tetap diikuti apapun alasannya dan tidak boleh ada yang melanggar atau hukuman yang akan kalian terima!”. Lalu ia meninggalakan kelas dan menuju kelas lainnya, apa yang dikatakannya saat didalam kelas dan kelas lain sangat sama, bahkan dengan aksen yang sama pula.
...................
                Mentari kembali menyambut pagi yang cerah ini, ini adalah hari ketiga masuk sekolah, will tetap mempertahankan argumentnya, ia tetap tidak menggunakan seragam, ia kembali berjalan masuk ke dalam sekolah dengan langkah penuh percaya diri namun langkahnya seketika terhenti oleh para siswa yang sama seperti dirinya tidak menggunakan seragam, karena mereka ingin merasakan keadilan dan kebebasan, hampir setengah dari seluruh siswa sekolah tidak menggunakan seragam sepertinya. Tak lama kemudian semua siswa yang tidak menggunakan seragam dipanggil untuk segera berkumpul di aula sekolah untuk mendapatkan alasan atau mendapatkan hukuman.
“Siapa yang membuat kekacauan ini dan kenapa kalian membiarkan ini terjadi? ( menunjuk pada para guru di sampingnya )”. Teriak kepala sekolah dengan rasa kesal.
“ Aku yang telah membuat kekacauan ini!”. teriakan jawaban dari seorang anak penuh keberanian di antara kumpulan siswa yang tidak memakai seragam yang tak lain adalah will.
“ Apa menurutmu membuat kekacauan itu keren? Kenapa kalian mengikuti ide bodoh ini? Hentikan ini!”. berbicara dengan nada yang tinggi
“ Saya bisa bilang ke mereka semua , tapi saya tidak bisa... mereka membutuhkan alasan!”. jawabnya
“ Sudah ku bilang alasannya, memakai seragam adalah peraturan dan ini sudah berjalan sejak dari dulu”. potong guru seram pemegang tongkat.
“ Belum, jika aku memiliki nilai yang tinggi kenapa aku harus memakai seragam?”. Tanyanya tak henti
“ Karena itu hanya perasaan kamu sendiri, apa orang lain punya perasaaan yang sama? Kenapa siswa sebelumnya bisa menaati peraturan yang sama tapi kamu tidak?”.
“ Ini tidak adil, kami harus melakukan apa yang mereka lakukan!”. Opini siswa berkepala plontos Panji
“ Tentang gaya rambut, apapun gaya rambutkku nilaiku tetap sama, kenapa aku tidak boleh menata rambut sesukaku?”. Sambung siswi yang masih penasaran.
“ Walaupun warna rambutku berubah namun nilaiku tetap tidak berubah”. Sambungnya lagi
“ Kami mengizinkan satu hal, tapi kalian akan menginginkan hal lain!”. Celoteh guru wanita cetus
“ Itu akan membuatmu tidak fokus, karenanya pelajaran tidak lagi menyenangkan dibanding dengan gaya kalian”. Sambung guru seram pembawa tongkat.
“ Mari kita coba, jika nilaiku tetap aku akan terus seperti ini jika nilaiku turun aku akan mengikuti peraturan”. Tawaran kecil dari siswa berambut kepang khasnya.
“ Peraturan tetaplah peraturan tidak ada tawar menawar”. Menolak penawaran kecil dari Shefie
“ Kita tidak akan tawar menawar lagi, tapi berikan jawabannya”. Kata wil yang mulai tidak sabar
“ Dan itu bukan jawaban yang tepat!”  sambung siswa pemegang saxsfon saat upacara Pin.
“ Karena bukan itu jawaban ynag ingin kalian dengar, bukan?”. Sambung lagi guru wanita berambut pendek yang terlihat sangat mengerti permasalahan yang terjadi.
“ Dengarkan! dan saya akan katakan alasannya!, Jika tas kamu di ambil seorang pencuri, siapa yang pertama di pikiranmu untuk meminta bantuan?”.
“ Polisi!”. Jawab siswi dengan sepontan
“ Nah, bagaimana kita bisa tau dari sekian banyak orang yang mana adalah polisi?.... Orang yang memakai seragam polisi, bukan?... Semua profesi memiliki tugas dan tanggung jawab, menggunakan seragam dapat menjelaskan apa tugas kita, apa yang harus dilakukan dan tidak di lakukan. Tugaspolisi adalah menjaga keselamatan kita, jadi ketika kita ada masalah kita dapat meminta bantuan kepada mereka, dan polisi yang berseragam akan ingat bahwa dia tidak seharusnya diam dan membiarkan pencuri kabur, benar??... Alasan mengapa kalian memakai seragam adalah untuk mengingatkan bahwa kalian seorang pelajardan tugas kalian adalah belajar, jadi selagi kalian masih memakai seragam pelajar itu akan mengingatkan kalian untuk melakukan yang terbaik untuk pendidikan kalian, ketika kalian selesai belajar kalian tidak harus memakai seragam lagi”. Penjelasanya yang sangat jelas
“ Bu guru, di negera lain seperti Amerika pelajar disana tidak menggunakan seragam pelajar, tapi negara merekatetap maju”. Sangkal Pin
“ Dinegara ynag berbeda lagi.... negara yang sangat maju yaitu Jepang, mereka memakai seragam sekolah juga.. kita semua menyadari itu, mereka mengikuti dan menghormati peraturan, dan mereka dapat membuat jepang maju, bukan? Segala sesuatu memiliki alasan masing – masing, kalian juga memiliki alasan sendiri, tapi kalian sekarang berada disekolah... yang memilki peraturan, peraturan kalian sebagai pelajar dan peraturan kami sebagai guru, hal itu haruskita patuhi... kalian melanggar peraturan dan kalian harus di hukum, sebaliknya peraturan sekolah tidak akan ada jika seperti itu,.... apa ini bisa disebut sekolah?”. Jelasnya panjang lebar.
“ Pulang sekolah kalian harus membersihkan aula ini, aku akan mengizinkan kalian menggunakan pakaian ini hanya untuk satu hari saja, tapi jika siapa saja melakukan hal yang sama besok aku akan mengaggapnya sebagai masalah besar, mengerti!!”. Lanjut kepala sekolah memberi peringatan.
...............................
Panji dan kawan – kawannya yang berkepala plontos menghampiri seorang pria yang duduk diatas motor merah besar yang sedang berhenti didepan gerbang sekolah.
“ kak Irvan! Sedang apa disini? Udah lama gak liat kakak di sekolah ini setelah kelulusan”. Sapa salah satu teman Panji dengan akrab.
“ Kak nunggu pacar baru kaka”. Jawabnya
Datanglah gadis cantik berambut kepang khas menghampirinya sementara itu Panji merasa heran, karena terakhir dia melihat shefie keluar berdua dengan willy didalam toilet yang sama, rasa penasaran pun mulai menghampiri, Panji hendak bertanya pada kak Irvan, wajah Shefie mulai ketakutan, namun....
“ Kak!! ............. motormu dicat ulang ya?”. Tanyanya dengan terpaksa. Wajah Shefie terlihat lega, karena panji tidak menceritakan hal itu pada kak Irvan.
............................
Terlihat will mengangkat kedua buah ember berwana hijau yang penuh dengan air, dan meletakannya tepat di samping kaki mario yang sedang memegang kain pel, aula sangat ramai dengan para siswa yang bahu membahu membersihkan ruangan dan wajah mereka terlihat senang walaupun mendapatkan hukuman. Will berjalan mundur karena ingin menikmati kemenangannya, namun setelah berbalik wajah kiran tepat di hadapannya.
“ Apa kamu puas sama apa yang udah kamu lakuin?”. Bertanya dengan nada yang aneh
“ Kenapa? Mereka merasa senang karena kita menang!”. Jawabnya dengan penuh kepuasan
“ Hah menang! Pikiranmu masih kaya anak kecil”. Meremehkan jawaban Will
“ Kita menang,  karna kita gak kaya kamu yang cuma ngikutin apa yang mereka suruh, kamu Cuma jadi boneka buat perbaiki hidup mereka yang dulu”.

                .........................................to be continue....................................










Devia Dhewanti

3 komentar:

  1. Selamat berkarya, semoga sukses jadi penulis terkenal Nanda Devia Devia Dhewanti (Siswa XI IPA 2)

    BalasHapus
  2. makasih banyak pak! sudah diposting!!! :)

    BalasHapus
  3. ditunggu karya karya terbarunya ok

    BalasHapus